Djurnalis.com — Aksara Lampung merupakan salah satu peninggalan budaya Nusantara yang memiliki nilai sejarah tinggi. Aksara ini digunakan oleh masyarakat Lampung sejak berabad-abad lalu, terutama dalam penulisan naskah kuno, surat pribadi, hingga catatan adat. Keunikan bentuk huruf dan makna filosofis yang terkandung di dalamnya menjadikan aksara ini sebagai identitas daerah yang patut dijaga.
Aksara ini tidak hanya berfungsi sebagai media komunikasi tertulis, tetapi juga menjadi simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Lampung. Di tengah derasnya arus globalisasi, pelestarian aksara menjadi hal penting agar warisan leluhur ini tidak punah.
Aksara ini diperkirakan berkembang dari aksara Pallawa India yang kemudian bertransformasi melalui pengaruh aksara Jawa Kuno. Dalam catatan sejarah, aksara ini dikenal juga dengan nama Had Lampung. Penggunaannya banyak ditemukan dalam naskah hukum adat, mantra, serta prasasti yang tersebar di wilayah Lampung.
Ciri Khas dan Struktur Aksara Lampung
Aksaranya terdiri dari huruf induk yang disebut Ka-Ga-Nga, mirip dengan sistem aksara Nusantara lainnya. Setiap huruf memiliki tanda baca atau diakritik untuk menunjukkan bunyi vokal tertentu.
Keindahan aksara ini terletak pada bentuknya yang melengkung, luwes, sekaligus artistik. Tidak heran jika motif aksara ini sering dijadikan ornamen dalam kain tapis, ukiran rumah adat, hingga simbol instansi resmi. Keunikan visual tersebut menegaskan bahwa aksara ini bukan hanya sarana komunikasi, tetapi juga karya seni.
Pentingnya Pelestarian
Sayangnya, di era digital saat ini penggunaan aksara Lampung semakin berkurang. Banyak generasi muda yang belum bisa membaca atau menulisnya. Padahal, aksara ini bukan hanya sekadar sistem tulisan, melainkan bagian dari jati diri masyarakat Lampung.
Upaya pelestarian dapat dilakukan melalui pendidikan di sekolah, pengenalan di media digital, hingga lomba menulis. Pemerintah daerah bersama komunitas budaya juga mulai aktif mengadakan pelatihan dan digitalisasi aksara agar bisa dipelajari lebih mudah.
Melestarikan aksara ini berarti menjaga warisan budaya yang tak ternilai harganya. Dengan dukungan masyarakat dan generasi muda, aksara ini bisa tetap hidup dan menjadi kebanggaan daerah Lampung di tengah arus globalisasi. (NdH)

Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.